Kisah Brown Mencari Surga 🌌

Khazanah Fadhilah Nurrahmah
6 min readMay 24, 2024

--

  • Sebuah cerpen personifikasi objek astronomi, terbit setiap pekan di komunitas Indonesian Islamic Astronomy Club (IIAC). Ditamatkan sebagai hadiah Milad ke-2 IIAC, 7 Agustus 2024.

Suatu ketika, Brown dan teman-temannya tengah bercengkerama di sebuah galaksi yang berpendar penuh warna.

Tiba-tiba Neutron menyeletuk, “Hei, apakah kalian pernah menemukan surga di semesta ini?”

“Aku pernah menemukannya! Sebuah area kaya material kosmik dan energi untuk kelangsungan hidup di Cat’s Eye Nebula,” White duluan menanggapi dengan antusias.

Cygni tidak mau kalah, “Itu baru satu tempat, aku menemukan dua! Aku pernah merasakan serunya tinggal di galaksi irregular hingga meluncur di Hercules Stream, mengorbit galaksi induk.”

Perbandingan antara bintang katai kuning, katai merah, katai coklat, planet gas, dan planet terrestrial (Relative Size of a Brown Dwarf | Webb (webbtelescope.org)

Tersisa Pulsar dan Brown masih terdiam. Pulsar tiba-tiba berputar-putar riang, duluan teringat sesuatu.
“Oh oh, aku juga pernah ternyata. Tempat ternyaman bagai surga bagiku itu ketika pesiar ke AGN (Active Galactic Nuclei) beberapa ribu tahun lalu!”
Eh, rupanya Neutron yang memulai topik belum bicara juga, ia saling melirik dengan Brown…

Brown terpikir suatu tempat ternyaman dan hendak bersuara. Namun…

“Aku juga memiliki sebuah surga pastinya, yaitu bersebelahan dengan saudara ‘berat’-ku, Black Hole!” Neutron menyerbu lebih dahulu. Cygni, White, dan Pulsar tercengang kagum. Brown membeku, tadinya ia juga akan menjawab itu, asal saja karena menyukai radiasi yang katanya dipancarkan saudara jauhnya itu. Padahal nyatanya sekalipun belum pernah ia bertemu seorang Black Hole.

“Di konstelasi mana?”

“Bagaimana rasanya stabil tarik-menarik dengan big black itu??”

Para bintang penasaran mengulik pengalaman Neutron. Ia menjelaskan sambil tersipu bangga.

Lantas semua mata memandang ke Brown, “Apa engkau juga sudah menemukan surgamu, Brown?” ucap White pelan agar tak mengintimidasi. Sayangnya Brown menghela napas lemas…

“Aku… Aku belum menemukannya di semesta ini.”

Neutron, Cygni, White, dan Pulsar memandangi Brown dengan rasa iba.

White coba menghibur, “Tidak apa Brown, petualanganmu baru akan dimulai. Mengingat dirimu yang paling ringan dan dingin di antara kita,” ucap bintang berukuran 1.4 massa Matahari itu. Ketiga bintang lainnya mengangguk mengiyakan.

Sedikit merasa bersalah, Neutron coba mengalihkan topik, “Omong-omong, bagaimana perasaan kalian saat tiba waktunya melewati titik Aries?”
“Oh, saat pergantian tahun kan? Waktu itu aku…,” Cygni menyambut dan mulai berceloteh.

Sementara Brown menundukkan kepala, sedih karena merasa tertinggal sendiri. Pulsar diam-diam mengamati, lantas berbisik.

“Brown, nanti ikutlah bersamaku, kita coba cari surga untukmu di tengah materi antar bintang galaksi ini,” tukasnya dengan semangat.
Demi mendengar ajakan itu, wajah Brown berangsur cerah.

Kelima bintang tersebut pamit satu persatu dari titik pertemuan di galaksi M83. Sinkronisasi orbit mereka untuk bercengkerama hanya berlangsung sekali setiap ribuan tahun!

Lantas Pulsar dan Brown pun bersiap melakukan perjalanan bersama demi sebuah misi, “Baiklah! Sebelum kita berangkat mari kita kenali dirimu lebih jauh, agar karakteristik surgamu bisa ditentukan. Siapakah dirimu, Brown?” Pulsar mulai mewawancarai teman kecilnya itu.

“Aku … Seorang bintang katai coklat, bermassa seperti planet super, tapi katanya aku juga hampir jadi bintang. Setengah planet, setengah bintang …,” jawab Brown, dengan nada minder. Lidahnya tertahan, mengingat satu lagi julukan tidak mengenakkan yang tersemat padanya: bintang gagal.

“Setahuku kau juga berasal dari akresi sistem keplanetan sebuah bintang bukan? Eh bukan, sebelum itu… Apakah kau bintang ganda?!” pekik Pulsar penuh energi.

Kabut alis di atmosfer Brown tertaut, mencoba mengingat-ingat proses kelahirannya. Benar juga, sepertinya aku memiliki saudara, batin bintang katai coklat itu. Tapi… Ke mana saudara-saudaranya pergi kalau begitu?

DOORR! “Eh, petir! Jangan mengagetkanku, Pulsar!” saking kagetnya Brown mengalami badai berpetir di tubuhnya.

Ahaha, habisnya mendadak kau melamun. Sepertinya benar tebakanku ya, tapi kau tidak yakin karena tidak mengetahui ke mana perginya saudara-saudaramu itu?” selidik sang bintang dengan radiasi gelombang radio.

Brown teringat suatu momen, “Aku hanya ingat momen terakhir yang kusadari adalah munculnya galaksi baru di depan mataku, asing. Namun aku masih bisa melihat sedikit jejak khas dari galaksi lamaku…”

Pulsar terbelalak menyimak pernyataan itu, “BROWN! Kau adalah… BINTANG atau PLANET PENGEMBARA, floating planet!” (bisa juga disebut rogue/nomad planet) — penulis.).

Whaat?? Apa benar begitu? Hanya aku yang terlempar dari awan gas indukku? Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu??” pekik Brown ikut tercengang, menyerang Pulsar dengan serentetan pertanyaan.

“Sepertinya galaksi asalmu bertabrakan alias merger dengan galaksi lain! Karena kekacauan itulah kau terlempar, lantas yang ada di hadapanmu adalah galaksi gabungan keduanya,” analisis Pulsar.

Hening. Planet gas super sekaligus bintang katai coklat itu masih mencerna kenyataan yang didengarnya dengan perasaan syok. Pulsar memahami itu, memberinya sedikit waktu.

Brown menoleh cepat, “Kalau begitu… Di mana galaksi gabungan itu sekarang? Atau… Yang kita tempati detik inilah galaksi tersebut?”

“Hmm, tergantung. Sudah berapa lama waktu berlalu sejak peristiwa merger itu dan ke mana saja kau mengembara, Brown?”

“Kejadiannya beberapa juta tahun sejak aku lahir. Samar-samar aku ingat… Ada saudaraku sesama katai coklat yang menyambutku, tetapi setelah itu hanya gelap dan kacau, mungkin itu saat-saat merger?”

Pulsar mangut-manggut, bergerak nutasi, kemudian memberi isyarat, lalu?

Atmosfer di tubuh Brown berkecamuk, ia berpikir keras untuk menggali memorinya, “Aah! Begitu sadar, ternyata aku sendiri yang memutuskan untuk untuk berkelana menjauh dari sana…”

“Biar kutebak lanjutannya, kemudian kau ‘diadopsi’ secara gravitasional oleh sistem bintang Kak Gliese 229?”

Brown mengiyakan dengan lemas, ia melirik sang bintang induk di pusat sistem tempatnya tinggal yang terpaut 1.086 Satuan Astronomi. Apa mungkin ia harus bertanya pada sang ‘kakak’?

Akhirnya Pulsar mengerti, Brown anggota baru yang datang jauh sekali dari galaksi lain. Mungkin karena itu ia merasa belum menemukan ‘surga’ atau tempat berkesan di luasnya semesta ini. Sekejap terlintas suatu pemikiran di benak Pulsar.

BLAAAR!!

“Aargh, dasar kau Pulsating Radio Source! Lagi-lagi meledakkan jet radio, ada apa denganmu?! Tidak lihat aku sedih karena jauh dari rumah asal?” amuk Brown hingga kutub tubuhnya memancarkan aurora.

Pulsar dengan wajah tanpa dosa berkata, “Nanti saja marahnya, sekarang aku ingin menanyakan beberapa hal. Apa kau senang bergabung dengan keluarga Kak Gliese 229?”

Brown terdiam, sedetik kemudian mengangguk.

“Lalu, apa kau juga senang bisa berkenalan denganku? Begitu pula dengan Neutron, Cygni, dan White?”

Meski Neutron yang memulai masalah pencarian surga ini, Brown tahu ia tidak bermaksud menyudutkannya. Ia pun kembali mengangguk nutasi.

Senyum Pulsar tersungging, “Di galaksi barumu ini, tidak kurang satu apapun? Tidak dihisap oleh Black Hole atau dihantam komet?”

Untuk ketiga kalinya, Brown sekuat tenaga bernutasi, hingga bablas berotasi 360 derajat. Pulsar tertawa melihat semangatnya, ditutup senyum puas dalam diam. Brown tidak mengerti.

“Terus apa maksud wawancaramu tadi, Pulsar?” celetuk Brown bingung.

“Kau sudah menemukan surgamu, Sobat Coklatku! Di sinilah tempatnya, home sweet home. Ada banyak bintang yang menyayangi dan menyambutmu. Neutron juga tidak menyebut syarat surga yang dia maksud harus seekstrem galaxy stream bukan? Yang penting itu adalah tempat yang membuatmu nyaman!” jelas Pulsar ceria.

DEG! Hati Brown tersentuh dengan pemaparan Pulsar. Ia baru menyadari betapa berharganya rumah dan teman-teman di galaksi barunya ini. Senyumnya pun merekah, lantas ikut tertawa riang, bersama-sama dengan Pulsar menari berputar-putar bersama. Kak Gliese geleng-geleng heran melihat tingkah adik dan temannya dari kejauhan.

Keesokan milenium kemudian…

Brown dengan ekspresi cerah bisa menjawab pertanyaan Neutron dengan bangga. Membuat Neutron beserta White dan Cygni tersipu-sipu, dianggap teman yang berharga olehnya. Pulsar berputar khas mengamati mereka.

“Terima kasih, sobat-sobatku. Semoga kita tetap akrab seiring pengembangan semesta!” ujar Brown penuh harapan.

TAMAT

Thanks for reading and clapping! kHazastronaut, Dept. Listra.

Baca selengkapnya, referensi yang jadi inspirasi penulis:

Mata Kuliah Astrofisika dari Prodi Astronomi ITB, dibawakan dengan berkesan oleh ibu dosen wali

Tentang Bintang Katai Coklat

Brown Dwarf Discovered Around Star Gliese 229 | HubbleSite

Dwarf star | Red Dwarf, Neutron Star & White Dwarf | Britannica
https://coolcosmos.ipac.caltech.edu/page/low_mass_stars_brown_dwarfs

Setengah Bintang Setengah Planet
https://weather.com/en-IN/india/space/news/2023-06-28-half-planet-half-star-fiery-side-burns-5000degc-hotter-than-other

Bintang Gagal?
https://www.uni-heidelberg.de/en/newsroom/are-brown-dwarfs-failed-stars-or-super-planets

What are rogue planets? | Space

Ilustrasi 3D Eksoplanet GJ 229 b — NASA Science

--

--